Merkurius Menyusut: Misteri Kerutan di Planet Terkecil Tata Surya
"Misteri Merkurius menyusut: Planet terkecil ini mengeriput akibat pendinginan inti. Temukan bukti 'kerutan' raksasa (lobate scarps) dan retakan baru. "
![]() |
Ilustrasi Merkurius dan intinya. Kredit: sudutragam. |
Penyebab Utama Merkurius Menyusut
Penyusutan Merkurius terutama disebabkan oleh pendinginan bagian dalamnya. Beberapa faktor kunci berkontribusi pada proses ini:
- Pendinginan Inti: Merkurius memiliki inti logam besar yang perlahan-lahan kehilangan panas. Seiring inti mendingin, ia membeku dan menyusut, menyebabkan permukaan planet berkontraksi. Inti cairnya yang terbuat dari besi, masih menyimpan panas dari pembentukannya miliaran tahun lalu, tetapi terus mendingin. Inti ini sangat besar, mencapai lebih dari 60 persen dari volume Merkurius, jauh lebih besar dibandingkan inti Bumi yang sekitar 15 persen dari volumenya. Ukuran inti yang tidak biasa ini sangat memengaruhi dimensi keseluruhan Merkurius.
- Kehilangan Panas Cepat: Berbeda dengan planet yang lebih besar, Merkurius memiliki ukuran dan massa yang relatif kecil, memungkinkannya kehilangan panas lebih cepat. Pendinginan yang cepat ini mendukung proses penyusutannya.
- Atmosfer Tipis: Merkurius memiliki atmosfer yang sangat tipis, nyaris tidak ada. Ini berarti ia tidak memiliki lapisan isolasi yang dapat membantu menahan panas, membuatnya lebih rentan terhadap pendinginan dan, pada akhirnya, penyusutan.
Bukti dan Tanda-tanda Penyusutan
![]() |
kerak planet telah terdorong ke atas saat planet berkontraksi. Kredit: sudutragam.id |
Bukti substansial tentang penyusutan Merkurius telah banyak ditemukan, terutama dari misi NASA seperti Mariner 10 (tahun 1970-an) dan MESSENGER (2011-2015). Pengamatan ini menunjukkan adanya aktivitas tektonik yang disebabkan oleh penyusutan planet.
Salah satu fitur paling menonjol dari penyusutan ini adalah lobate scarps, atau dikenal juga sebagai "kerutan" atau "luka" raksasa di permukaan Merkurius. Ini adalah fitur patahan dorong (thrust faults) di mana kerak planet telah terdorong ke atas saat planet berkontraksi. Beberapa scarps ini bisa membentang ratusan mil dan setinggi Gunung St. Helens di Washington State.
Penelitian terbaru juga mengamati retakan kecil yang disebut graben, yang sejajar dengan garis patahan di dekat lobate scarps. Grabens terbentuk ketika kerak planet meregang akibat penyusutan. Karena ukurannya yang kecil dan tidak tertutupi kawah tumbukan atau puing-puing, grabens ini diperkirakan berusia sekitar 300 juta tahun, menunjukkan bahwa pergerakan ini relatif "baru" dalam skala waktu geologis dan kemungkinan masih berlangsung hingga saat ini.
Seberapa Besar Merkurius Menyusut?
![]() |
Ilustrasi penyusutan Merkurius 1-7 km dalam 4,5 miliar tahun yang lalu. Kredit: sudutragam.id |
Para ilmuwan telah memperkirakan bahwa radius Merkurius telah menyusut antara 1 hingga 7 kilometer sejak pembentukannya sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Sebuah studi terbaru yang menggunakan metode alternatif memperkirakan penyusutan sekitar 2 hingga 3,5 kilometer hanya dari patahan yang disebabkan oleh pendinginan. Jika digabungkan dengan proses pendinginan lain yang tidak menghasilkan patahan, total penyusutan pada jari-jari Merkurius mungkin mencapai 2,7 hingga 5,6 kilometer.
Merkurius dan Gempa Planet
Penyusutan ini tidak hanya menciptakan "kerutan" tetapi juga menyebabkan bagian luar Merkurius yang kaku terdorong ke atas, menghasilkan gempa Merkurius (Mercuryquakes). Diperkirakan ada ratusan gempa yang sangat besar, dan mungkin jutaan gempa yang lebih kecil, yang terjadi di Merkurius. Para ilmuwan menduga gempa-gempa ini masih terus berlangsung, namun diperlukan seismometer di permukaan planet untuk mengukurnya secara pasti.
Perbandingan dengan Bumi
Menariknya, teori penyusutan planet pernah diajukan pada abad ke-19 untuk menjelaskan bentang alam dramatis di Bumi, seperti gunung dan jurang, dengan hipotesis bahwa Bumi menyusut seperti kismis. Namun, teori ini ditinggalkan pada pertengahan abad ke-20 setelah teori lempeng tektonik yang bertabrakan muncul. Akan tetapi, hipotesis ini ternyata sangat berlaku untuk Merkurius, yang memiliki kerak tipis dan tunggal yang menyelubungi inti besinya, berbeda dengan Bumi yang memiliki lempeng tektonik.
Apakah Merkurius Masih Menyusut?
Meskipun para ahli tidak yakin kapan tepatnya scarps terbentuk atau apakah Merkurius masih terus menyusut hingga saat ini, ada indikasi kuat bahwa fenomena ini belum berhenti. Para peneliti tidak mengharapkan perkiraan tingkat penyusutan akan berubah drastis dalam waktu dekat karena kontraksi Merkurius terjadi dalam rentang waktu yang sangat panjang. Untuk memastikan apakah penyusutan telah berhenti, diperlukan instrumen seismik di permukaan yang mampu mendengarkan gempa Merkurius selama ribuan tahun. Misi Eropa BepiColombo, yang akan mulai mengorbit Merkurius pada tahun 2025, diharapkan dapat memberikan lebih banyak informasi dan gambaran definisi tinggi tentang "kerutan" di permukaan planet ini.
Penyusutan Merkurius merupakan bukti nyata bagaimana sebuah planet dapat berubah seiring waktu, bahkan di tata surya yang tampak stabil. Ini memberikan wawasan penting tentang proses geologis di tata surya dan membantu kita memahami lebih banyak tentang sejarah dan masa depan planet kita sendiri.